Oleh: JWS. Rizki
Di sebuah peradaban, terselip sesosok makhluk berwajah masam. Ia teronggok dalam jerat pikiran kolot penuh kedengkian, yang membuatnya senantiasa penuh dendam dan kerap kali "menyulut api dalam sekam."
Ia selalu saja mencari gara-gara. Suka meracau tanpa etika dan tak pula pakai logika. Ia hanya mengedepankan emosi dan ilusi masa lalu yang sudah basi. Ia tak sadar, bahwa zaman sudah berganti generasi dan tak lagi bisa dibungkam dengan arogansi dan mulut besar tak berisi.
Namun, kali ini ia kena batunya. Tanpa pernah ia duga, ia berhadapan dengan peri bijaksana, yang piawai menggubah kata. Sang peri mengubah argumen kebencian sang makhluk menjadi bahan tertawaan. Terus...dan terus, hingga sang makhluk tak lagi berkutik. Ia tertawan dalam lelucon sekaligus cemoohan yang menggelitik
Sang makhluk pendengki kini patah hati. Tak ada lagi panggung untuk menghasut dan menebar kebencian penuh ambisi. Ia tersingkir oleh peradaban yang sarat kompetisi dan kompetensi. Peradaban yang hanya pantas digawangi insan-insan penuh dedikasi dan inspirasi.
Padangsidimpuan, 11 Oktober 2023
PESAN MORAL:
Bila kita ingin dihormati dan dihargai, maka buang iri hati, tingkatkan kompetensi diri, tebarkan inspirasi dan raih prestasi.
Kick and knock
0 Comments