Apresiasi: Motivasi untuk Dedikasi



 Ada yang baru dan progresif dalam perayaan Hari Amal Bakti Kementerian Agama Republik Indonesia ke 77 di Kampus UIN Syahada Padangsidimpuan, yang jatuh pada hari Selasa, 03 Januari 2023, yaitu apresiasi oleh rektor bagi civitas akademika berprestasi. Hal ini tentu sejalan dengan peningkatan status kampus ini  menjadi universitas, dari yang sebelumnya institut, dan bahkan sekolah tinggi. Semakin tinggi statusnya, semakin tinggi pula kepekaan untuk menghargai segala bentuk pencapaian.

Pada beberapa periode sebelumnya, dalam momen HAB Kemenag di kampus ini hanya ada penghargaan dari Presiden Republik Indonesia kepada para Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa satya lencana karya satya, yaitu sebagai bentuk apresiasi atas masa kerja para PNS bersangkutan. Dengan adanya apresiasi dari rektor, maka bukan hanya PNS yang berpeluang mendapatkan penghargaan, melainkan juga seluruh civitas akademika, termasuk para petugas keamanan dan kebersihan.  



Penulis sendiri merasa beruntung mendapatkan penghargaan dalam salah satu kategori yaitu ASN dengan pakaian adat terbaik, walaupun sesungguhnya penulis merasa kurang pas dengan predikat ini. Penyebabnya adalah penulis tidak merasa mengenakan pakaian adat.  Sejauh pemahaman penulis, yang dimaksud dengan pakaian adat adalah pakaian khas yang secara khusus digunakan untuk kegiatan adat, baik dalam suasana sukacita maupun dukacita, dengan ketentuan warna, model, maupun aksesoris pelengkapnya, bukan sekadar pakaian yang mengandung motif khas daerah dengan warna dan model sembarang. Dalam hal ini, pakaian yang kami kenakan pada umumnya adalah kategori kedua, karena pakaian inilah yang diinstruksikan kepada kami untuk upacara HAB Kemenag ke 77 di UIN Syahada Padangsidimpuan. Jadi menurut penulis seharusnya kategori penilaiannya adalah ASN dengan adat berpakaian terbaik, bukan ASN dengan pakaian adat terbaik. 




Menurut penulis predikat sebagai ASN dengan adat berpakaian terbaik layak penulis raih. Karena ini artinya penilaian tidak hanya berlangsung satu hari saja, melainkan sepanjang masa. 


Selama hampir 20 tahun menjadi ASN, tepatnya menjadi dosen, penulis tetap konsisten berpakaian formal di kampus yaitu berupa setelan blazer atau setelan batik, dipadu dengan sepatu formal. Selain itu penulis juga tidak menggunakan perhiasan selain jam tangan. Aksesoris jilbab pun penulis gunakan sesederhana mungkin namun tetap padan dengan pakaian. Bagi penulis penting untuk menjaga penampilan. Appearance is communication. Apa yang kita kenakan sesungguhnya adalah wujud pengungkapan diri sesuai dengan konteks status dan peran kita. Menurut penulis setelan blazer paling tepat digunakan oleh seorang dosen, karena kesan formalnya membuat seorang dosen tampak lebih berkharisma dan  berwibawa. Hal ini juga sesuai dengan kode etik berpakaian dosen.


Meskipun banyak mode pakaian terkini, penulis tidak tertarik untuk mengubah mode pakaian penulis dalam kegiatan formal di kampus. Bagi penulis, tidak perlu ikut tren berpakaian kekinian kalau ternyata itu melanggar aturan. Dan tidak patut juga menggunakan aksesoris berlebihan karena kampus bukan tempat pamer perhiasan. 


Terlepas dari apapun alasan penganugerahan predikat ini, penulis sangat berterima kasih kepada Rektor UIN Syahada Padangsidimpuan yang telah memberikan apresiasi kepada penulis. In syaa Allah ini akan menjadi motivasi bagi penulis untuk tetap konsisten menjaga penampilan dan tentunya juga akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pengabdian. 



Dirgahayu Kemenag RI. Jayalah UIN Syahada Padangsidimpuan 


JWS. Rizki

 





Post a Comment

0 Comments