Oleh: JWS. Rizki¹
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ
"(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang."²
Berdasarkan ayat tersebut, maka berbuat baik dan berkata baik kepada sesama manusia sama pentingnya. Sama-sama perintah Allah kepada Bani Israil, yang tentunya juga menjadi perintah untuk kita selaku Umat Islam. Dalam konteks komunikasi, maka kita wajib berbuat baik dan mengucapkan kata-kata yang baik.
Pentingnya mengucapkan kata-kata yang baik sebagaimana ditegaskan Allah dalam Alqur'an surah Al-Baqarah ayat 263:
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْصَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun."³
Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa berkata-kata yang baik dan memberi maaf lebih tinggi nilainya dari pada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti hati penerimanya. Sedekah adalah sebuah tindakan baik, namun nilainya akan berkurang atau rusak bila penerimanya justru merasa sakit hati atas perilaku pemberi sedekah.
Demikian pentingnya menjaga kata-kata dan tindakan, agar senantiasa selaras dengan norma-norma kehidupan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mengingatkan umatnya bahwa nilai diri seorang manusia tergantung akhlaknya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai berikut:
إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا"Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari: 6035, Muslim: 2321, Ahmad: 6505)⁴
Indikator dari akhlak yang baik dapat dilihat pada perilaku fisik. Hasan Al Bashri (642-728 M), seorang ulama tabi'in mengemukakan ciri-ciri orang berakhlak baik sebagai berikut:
- Senantiasa berbuat baik.
- Tidak menyakiti
- Menunjukkan wajah yang berseri-seri
Seorang Mar'atus Shalihah harus senantiasa menunjukkan perilaku yang demikian. Ini adalah kunci untuk menjalin komunikasi antarpribadi yang etis dan humanis.
Dari perspektif ilmu komunikasi, ada 5 syarat terwujudnya komunikasi antarpribadi yang humanis sebagaimana dikemukakan oleh Joseph A. Devito⁵ sebagai berikut:
- Openness (Keterbukaan/ kejujuran). Kita harus saling menjaga kebenaran informasi yang kita sampaikan, baik melalui kata-kata maupun perilaku.
- Empathy (rasa peduli). Kita harus peka terhadap perasaan orang lain. Tidak boleh egois.
- Supportiveness (dukungan). Menunjukkan apresiasi dan dukungan menjadi hal yang penting dalam komunikasi antarpribadi.
- Positiveness (berprasangka baik). Berprasangka baik terhadap mitra komunikasi antarpribadi akan membuat kita nyaman dalam berkomunikasi.
- Equality (Kesetaraan). Dalam komunikasi antarpribadi kita perlu bersikap sabar dalam mendengarkan mitra komunikasi kita. Tidak patut mendominasi dan memonopoli pembicaraan.
Catatan:
0 Comments